PENETAPAN KADAR PATI DENGAN METODE LUFF SCHOORL
Oleh :
Kelompok 1A
Rammona Jayana I14090016
Sarah Yuneke Tofani I14090024
Kadek Dwi Prayoga I14090035
Niken Rizki Amalia I14090049
Chairunnisa Utami P. I14090104
Asisten Praktikum :
Rahmi Khalida
Tommy Marcelino
Koordinator Mata Kuliah :
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, M. S. Ph. D
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati. Sedangkan karbohidrat yang tidak dapat dicerna sering dikelompokan sebagai serat makanan.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Kadar pati dari suatu bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Prinsip dari penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl adalah gula pereduksi (glukosa dan matosa) dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Kemudian sisa Cu2+ yang tidak tereduksi dititer secara iodometrik. Jumlah Cu2+ asli ditentukan dalam suatu percobaan blanko dan dari penetapannya dapat ditentukan jumlah gula dalam suatu bahan pangan yang dianalisis. Oleh karena itu, dilakukan analisis kadar pati untuk mengetahui kadar pati dari suatu bahan pangan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl dan mengetahui kadar pati dari berbagai jenis tepung-tepungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Luff Schoorl
Metode Luff Schoorl menggunakan reagen alkalin yang mengandung tembaga sitrat (ion Cu2+). Setelah memanaskan reagen ini dengan larutan yang mengandung gula pereduksi lalu kalium iodida (KI) dan asam (asam sulfat) ditambahkan setelah didinginkan, iodin dibebaskan dari reaksi redoks berikut :
2I- + Cu2+ I2 + Cu+. Iodin yang dibebaskan sepadan dengan tembaga non-pereduksi (Cu2+), yaitu : 1 mol I2 dari 1 mol Cu2+. Iodin yang dibebaskan (berwarna coklat-hitam) kemudian dititrasi (menjadi tidak berwarna) dengan agen pereduksi yaitu natrium tiosulfat. Persamaannya yaitu :
I2 I-
Berwarna Tidak berwarna
Reagen Luff Schoorl memiliki sedikit alkali daripada larutan Fehling. Akibatnya, Luff Schoorl merupakan agen oksidasi yang lebih lemah dan memerlukan pemanasan sampel yang lebih lama daripada teknik Lane dan Eynon (Nielsen 1998).
Proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam, penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator (Winarno 1997).
Pati
Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang berikatan melalui ikatan oksigen. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan 1,4-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah terbentukikatan 1,4-glukosida dan membentuk cabang pada ikatan dari ikatan 1,6-glukosida. Pati dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman yang dibentuk (disintesa) di dalam daun (plastid) dan amiloplas seperti umbi, akar atau biji dan merupakan komponen terbesar pada singkong, beras, sagu, jagung, kentang, talas, dan ubi jalar (Anonim 2009).
Tepung Sagu
Pati adalah satu jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan di dalam biji buah (padi, jagung), didalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, garut) dan pada batang (sagu, aren). Tanaman sagu termasuk dalam keluarga Palmae dari genus Metroxylon. Penggunaan sagu sejauh ini untuk bahan tradisional atau campuran tepung terigu dalam pembuatan kue yang umumnya diproduksi dalam skala industri kecil.
Sagu kering yang ada dipasaran, pada umumnya dengan kandungan sagu yaitu pati diatas 80% (syarat mutu tepung sagu menurut SII. 0231-79 adalah kadar pati minimum 80%, serat kasar maksimum 0,5%, abu maksimum 1,5%, air maksimum 14% dan tidak mengandung logam berbahaya). Pemakaian glukosa dalam negeri, peningkatannya tiap tahun rata-rata sebesar 7,7% (Anonim 2011). Komposisi bahan baku dimana kandungan patinya sebanyak 84,7% memungkinkan digunakan sebagai bahan baku pembuatan glukosa monohidrat.
Tabel 1 Komponen Makronutrien Pati Sagu
Komponen Jumlah ( % )
Pati 84,7 %
Air 14 %
Protein 0,7 %
Lemak 0,2 %
Impuritis 0,4 %
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan R.I (1981)
Tepung Beras
Tepung beras merupakan bahan pokok yang sangat penting dalam pembuatan kue-kue Indonesia. Dengan munculnya tepung beras yang halus dan kering dipasaran, maka tepung beras untuk pembuatan kue-kue sangat mudah untuk didapat. Kualitas kue yang dibuat dari tepung beras yang baru ditumbuk lebih baik dibandingkan dengan kue yang dibuat dari tepung beras kering yang banyak dijual dipasaran (Afandi 2009).
Maizena
Pati jagung dalam perdagangan biasa disebut tepung maizena. Pati jagung dapat dibuat menjadi berbagai macam produk olahan pangan. Proses pembuatan pati jagung secara garis besar melalui tahapan perendaman biji jagung, penggilingan, pemisahan lembaga dari endosperm, pemisahan serat kasar dari pati dan gluten, kemudian pemisahan antara pati dari glutennya, kemudian pengeringan pati (Antarlina dan S. Umar 2011). Kadar pati dalam tepung maizena adalah sebesar 54,1 %-71,7% (Singh et al 2008).
Tepung Terigu
Tepung terigu (wheat flour) dibuat dari bagian dalam gandum saja (disebut wheat endosperm) setelah membuang bagian luarnya yang keras dan banyak mengandung serat (disebut wheat bran) dan bagian paling kecil dari inti biji gandum yang mengandung banyak vitamin dan mineral (disebut wheat germ). Dengan demikian tepung terigu pada dasarnya merupakan sumber karbohidrat (KH), yang kendungan patinya tinggi serta protein berbentuk luten sama dengan tepung gandum (Anonim 2010).
Tepung Tapioka
Tepung tapioka (di pasaran sering dikenal dengan nama tepung kanji) adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan dilakukan dengan cara diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu dijemur/keringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan menjadi liat/seperti lem. Tepung tapioka disebut juga tepung kanji atau tepung sagu (sagu singkong) (Anonim 2009).
Tepung Hunkwee
Tepung hunkwe adalah tepung yang terbuat dari pati kacang hijau yang dapat diperoleh di toko-toko bahan kue maupun swalayan. Tepung hunkwe dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, baik kue, cake, bubur, dan sebagainya. Biji kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga yang berwarna kuning, coklat atau berbintik-bintik hitam (Anonim 2010).
Iodometri
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood 1986).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB bertempat di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl adalah Erlenmayer, batu didih, stop watch, labu ukur 250 ml, pipet, saringan dan kondensor. Bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl adalah larutan HCl 3%, larutan HO 0,1 N, NaOH 4N, CH3COOH, KI 30%, H2SO4, larutan kanji, larutan Luff dan air.
Prosedur Kerja
Prosedur praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl, adalah sebagai berikut :
X
X
Gambar 1 Prosedur penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam makanan. Pati alami (native) menyebabkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan retrogradasi, kestabilan rendah, dan ketahanan pasta yang rendah. Hal tersebut menjadi alasan dilakukan modifikasi pati (Fortuna at all 2001).
Berdasarkan reaksi warnanya dengan iodium, pati juga dapat dibedakan dengan amilosa dan amilopektin. Pati bila berikatan dengan iodium akan menghasilkan warna biru karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul yodium dan membentuk warna biru. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila polimer glukosanya lebih besar dari 20 (seperti amilosa). Bila polimer glukosanya kurang dari 20, seperti amilopektin, akan dihasilkan warna merah atau ungu-coklat. Sedangkan polimer yang lebih kecil dari lima, tidak memberi warna dengan iodium (Koswara 2009). Analisis kadar pati dapat menggunakan beberapa metode. Metode tersebut, antara lain metode Luff Schoorl dan metode polarimetri.
Praktikum kali ini menggunakan metode Luff Schoorl untuk menganalisis kandungan pati dalam bahan tepung-tepungan. Metode ini menggunakan reagen Luff yang mengandung tembaga sitrat (CuO) sebagai oksidator bagi gula pereduksi hasil hidrolisis pati dalam keadaan asam. Gula pereduksi mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Ion Cu berasal dari reagen Luff yang memiliki tembaga sitrat (CuO). Gula pereduksi yang dipanaskan dengan KI dan H2SO4 akan membebaskan iodium. Suasana yang sedikit asam akan membuat zat oksidator tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator (Winarno 1997).
Tepung yang dianalisis pada praktikum ada enam jenis tepung sesuai dengan jumlah kelompok yang melakukan praktikum. Masing-masing kelompok menganalisis satu jenis tepung. Tepung yang dianalisis adalah tepung sagu, tepung beras, tepung maizena, tepung terigu, tepung tapioka, dan tepung hunkwe.
Tepung banyak memiliki banyak kandungan pati karena penggunaannya sebagai bahan pengembang maupun pengental. Dalam produk makanan, amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Koswara 2009).
Pertama-tama, sampel berupa tepung ditimbang ± 3 gram. Sampel yang telah ditimbang lalu dituang ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan HCl 3%. Campuran ini kemudian dipanaskan selama tiga jam. Proses penambahan HCl dan pemanasan bertujuan untuk menghidrolisis pati dalam tepung tersebut dengan memecah ikatan glikosidik di dalamnya sehingga terbentuk molekul pati yang lebih pendek. Setelah dipanaskan, sampel dalam erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH 4 N. Pemilihan NaOH didasarkan pada penggunaan H2SO4 yang merupakan asam kuat pada tahapan sebelumnya. Maka dari itu, NaOH sebagai basa kuat dipilih sebagai penetral. Setelah larutan netral, ditambahkan CH3COOH yang memberikan suasana sedikit asam pada larutan sebagai syarat terjadinya reaksi selanjutnya Setelah itu larutan dipindahkan dalam labu ukur 500 ml dan diencerkan dengan menambahkan aquades sampai tanda tera. Larutan tersebut disaring dan diambil filtratnya.
Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan Luff Schrool dan aquades. Reaksi tersebut akan menghasilkan Cu2O melalui proses pemanasan. Perlakuan yang dilakukan di atas dilakukan agar gula-gula pereduksi dapat mereduksi tembaga (Cu2+) menjadi Cu+. Kemudian Cu2+ yang tidak tereduksi (sisa) dapat dititer secara Iodometri dengan menambah larutan KI 30% dan H2SO4 4N. Akhirnya larutan dititer dengan larutan tio 0,1N dan indikatornya digunakan larutan kanji. Jumlah Cu2+ dapat ditentukan dari percobaan blanko dan perbedaannya, dapat ditentukan jumlah gula dalam larutan yang di analisis.
Setelah itu, larutan didinginkan dan ditambahakan KI serta H2SO4 sebagai senyawa yang akan membebaskan iodium dalam larutan. Kelebihan iodium pada larutan sedikit asam perlu dititrasi dengan larutan tiosulfat (Na2S2O3) sehingga jumlah iodium yang terikat sama dengan jumlah oksidatornya. Larutan kanji digunakan untuk mengetahui apakah masih terjadi proses reduksi atau tidak.
Banyaknya larutan tiosulfat untuk menitrasi larutan sampel merupakan indikator yang sama dalam menentukan jumlah Cu2+ yang tersisa. Prosedur di atas dilakukan juga terhadap blanko yang sampelnya diganti dengan akuades. Selisih antara banyaknya larutan tiosulfat untuk menitrasi blanko dan sampel dikali dengan gram ekuivalen dari larutan tiosulfat dan dibagi molaritasnya sehingga diperoleh banyaknya larutan tio sulfat dalam mililiter. Jumlah tiosulfat tersebut dikonversi menjadi jumlah glukosa dalam satuan miligram melalui tabel yang sudah tersedia. Hasil konversi dikali dengan faktor pengenceran dan konstanta 0,95 dibagi berat sampel untuk memeperoleh kadar pati sampel. Hasil perhitungan kadar pati dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Persen kadar pati
Sampel Berat Sampel (mg) ml tio kadar pati
Blanko 58,3
T. Beras 3192 30,1 93,80%
T. Maizena 3103,3 36,5 73,60%
T. Hunkwe 3083 33,8 83,40%
T. Sagu 3180,8 34,6 78,30%
T. Terigu 3180,8 33,7 81,34%
T. Tapioka 3049,7 35 80,20%
Pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tepung beras memiliki kadar pati sebesar 93,8%, tepung maizena 73,60%, tepung hunkwe 83,40%, tepung sagu 78,30%, tepung terigu 81,34% dan tepung tapioka sebesar 80,20%. Dapat dijelaskan bahwa sampel tepung beras memiliki kandungan yang tertinggi (93,80%) dikarenakan tanaman padi terutama pada bulir padi tersebut memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dari sumber karbohidrat lainnya, dan tepung maizena memiliki kandungan pati yang terendah (73,60%).
Beberapa hasil praktikum memiliki persamaan dengan literatur, dan perbedaan yang tidak cukup signifikan. Tepung maizena pada literatur yang diperoleh memiliki kadar pati sebesar 54,1 %-71,7% (Singh et al 2008) dan hasil menunjukkan bahwa kadar pati maizena yang sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 73,6%. Sedangkan tepung terigu dan tepung sagu pada literatur memiliki kandungan pati sebesar 72% dan minimum 80% untuk tepung sagu. Hal tersebut menunjukkan perbedaan namun tidak terlalu tinggi. Perbedaan dengan literatur ini dikarenakan kurangnya ketelitian dari praktikan dalam mengukur, mentitrasi maupun dalam perhitungan, sehingga hasil yang didapatkan memiliki keakuratan yang kurang.
Kadar pati dari masing-masing sampel berbeda. Hal tersebut dikarenakan bahan pokok dari tiap sampel yang berbeda, yang otomatis memiliki kandungan pati yang berbeda pula, dan faktor cara pengolahan dari bahan pokok menjadi tepung pun berbeda-beda. Hal ini merupakan faktor penting seberapa besar kadar pati yang masih terkandung di dalam tepung tersebut. Pengolahan yang terlalu lama dan rumit menghasilkan tepung yang memiliki kadar pati yang tidak terlalu tinggi.
KESIPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl dapat disimpulkan bahwa dari enam jenis sampel tepung yang dianalisis, sampel tepung beras memiliki kandungan yang tertinggi (93,80%) dikarenakan pada tanaman padi terutama pada bulir padi tersebut memiliki kandungan pati yang tinggi dari sumber karbohidrat lainnya, dan tepung maizena memiliki kandungan pati yang terendah (73,60%).
Saran
Berdasarkan praktikum penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl yang telah dilakukan, praktikum telah berjalan dengan baik namun terdapat pula kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh praktikan seperti pada saat pemanasan waktunya tidak tepat dan pada saat titrasi, sebelum berubah warna secara keseluruhan proses titrasi sudah dihentikan sehingga kadar pati yang diperoleh kurang sesuai. Harus sangat diperhatikan pula keadaan dan kebersihan pipet tetes dan alat-alat lain agar didapatkan hasil yang sangat tepat.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Tepung Sagu. [terhubung berkala] http://repository.usu.ac.id/pdf (15 April 2011)
______. 2009. Pati. [Terhubung Berkala]. http://eckonopianto.blogspot.com/2009 (15 April 2011)
______. 2009. Tepung Terigu. [Terhubung Berkala]. http://www.scribd.com (15 April 2011)
______. 2010. Tepung Gandum VS TepungTerigu. [Terhubung Berkala]. http://nikmeh.multiply.com/journal/item (15 April 2011)
______. 2011. Tepung-hunkwe. [Terhubung Berkala]. http://doyan-masak.Com (15 April 2011)
Antarlina Sri Satya dan S. Umar. 2011. Teknologi pengolahan komoditas unggulan mendukung pengembangan agroindustri di lahan lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Afandi. 2009. Tepung Beras. [Terhubung Berkala]. http://dahlanform.Wordpress .com/2009/07/01/tepung-beras (15 April 2011)
Direktorat Gizi. 1981. Departemen Kesehatan R.I
Fortuna et al. 2001. Properties of Corn and Wheat Starch Phosphates Obtained from Granules Segregated According to Their Size. London: EJPAU
Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Koswara S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati [terhubung berkala]. http://ebookpangan.net. (16 April 2011).
Nielsen S. 1998. Food Analysis Second Edition. United states of America: Aspen Publishers.
Rivai H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI
Singh S et al. 2008. Effect of Incoporating Sweet potato Flour to WheatFlour on The Quality Characteristics of Cookies. African Journal of Food Science.
Underwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN
Tabel
Tabel 1 Tabel Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Pati
Sampel Berat Sampel (mg) Larutan Tio (ml) Titrasi (ml) Kadar Pati (%)
Blanko 58,3
Tepung Maizena 3103,3 9,63 36,5 73,6
Tepung Beras 3192,4 12,46 30,1 93,8
Tepung Hunkwee 3083 10,8 33,8 83,4
Tepung Sagu 3180,8 10,47 34,6 78,2
Tepung Tapioka 3049,7 10,29 35 70,2
Tepung Terigu 3180,8 10,86 33,7 81,34
Contoh Perhitungan :
Foto
Gambar 1 proses pemanasan
PEMBAGIAN TUGAS :
Rammona Jayana : Kesimpulan, saran, lampiran dan Finishing
Sarah Yuneke Tofani : Pembahasan
Kadek Dwi Prayoga : Pendahuluan dan metodologi
Niken Rizky Amalia : Pembahasan
Chairunnisa Utami P : Tinjauan pustaka
Rabu, Mei 18, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
blog yang bagus. bisa minta informasi tentang analisis kadar pati yng lebih praktis ?
agus isdiyanto
http://tapiokapati.com
terima kasih,
analisis kadar pati luff schoorl sudah cukup mudah dilakukan..
untuk yg lebih praktis lagi, mohon maaf saya belum pernah mencoba selain metode luff schoorl.. :)
maaf boleh minta prosedur kerjanya, karena tidak ada ditampilannnya
Posting Komentar